Warung Esek-esek Menjamur, Masyarakat Kota Perdagangan Terancam Virus Hiv/Aids
SIMALUNGUN, Perdagangan - Minimnya perhatian Pemkab Simalungun
melalui intansi terkait untuk memberantas penyakit masyarakat yakni
memberantas warung remang -remang plus atau tempat praktek prostitusi.
Akibatnya, warung remang-remang tersebut pun menjamur di Kota
Perdagangan, Kecataman Bandar, Kabupaten Simalungun.
Berdasarkan informasi yang diperoleh media ini dilapangan, warung remang-remang hanya modus untuk transasksi praktek prostitusi tersebut sudah berlangsung selama puluhan tahun tanpa ada pengawasan atau tindakan dari intansi terkait.
"Ngak heranlah kalau di Perdagangan sudah hal biasa tempat-tempat gituan," Ungkap S Hutauruk, salah satu warga jalan Kuala Tanjung.
Ia menyebutkan, untuk warung remang yang ada di jalan Kaula Tanjung, tepatnya dipinggiran Rel Kereta Api Kampung Pagok Sugaran sudah puluhan tahun beroperasi. Akan tetapi lima tahun terahir warung remang-remang bermoduskan menjual arak (tuak) sangat banyak ditemui di areal pedesaan Perdagangan.
"Kita lihat aja, sedangkan di lokasi Desa Nagori Sugaran saja sangat banyak, ditambah lagi disimpang Kuba jalan Perdagangan-Lima Puluh. Desa Pondok Akar, Desa Kucingan dan masih banyaklah," katanya.
Menurut Hutauruk, akibat menjamurnya tempat-tempat seperti itu sangat bedampak pada generasi kaula muda anak sekarang, kesehatan dan juga keharmonisan keluarga.
"Dengan banyaknya tempat-tempat seperti itu, jelas kita takut akan penularan Hiv/Aids pada anak-anak muda dan juga para suami yang sering kesana. Sebab, kita tidak dari mana asal-usul para PSK tersebut, seandainya ada warga yang tertular, lalu menyalurkannya ke Istrinya, kan kasian," tuturnya.
Lasni (31) seorang ibu rumah tangga warga lainnya juga sangat mengecam menjamurnya warung remang-remang di lokasi Kampung Pago, Sugaran. Ia bahkan meminta pemerintah untuk menertibkan lokalisasi tersebut karena sudah meresahkan para istri-istri yang suaminya sering keluar malam.
"Kalau bisa kita minta, Pemerintah harus menutup tempat maksiat tersebut. Sudah banyak rumah tangga hancur dibuat para PSK tersebut." Ujarnya.
Lanjutnya lagi, Seandainya pemerintah bertindak tegas. Tidak akan mungkin banyak warung remang-remang yang beroperasi. "Ya, logika ajalah. Ngak mungkin pemerintah ngak tau selama ini, apakah pejabatnya juga ikut sebagai pengunjung disana segingga tidak mau menutupnya," pungkasnya.
red/ Dani R.
Berdasarkan informasi yang diperoleh media ini dilapangan, warung remang-remang hanya modus untuk transasksi praktek prostitusi tersebut sudah berlangsung selama puluhan tahun tanpa ada pengawasan atau tindakan dari intansi terkait.
"Ngak heranlah kalau di Perdagangan sudah hal biasa tempat-tempat gituan," Ungkap S Hutauruk, salah satu warga jalan Kuala Tanjung.
Ia menyebutkan, untuk warung remang yang ada di jalan Kaula Tanjung, tepatnya dipinggiran Rel Kereta Api Kampung Pagok Sugaran sudah puluhan tahun beroperasi. Akan tetapi lima tahun terahir warung remang-remang bermoduskan menjual arak (tuak) sangat banyak ditemui di areal pedesaan Perdagangan.
"Kita lihat aja, sedangkan di lokasi Desa Nagori Sugaran saja sangat banyak, ditambah lagi disimpang Kuba jalan Perdagangan-Lima Puluh. Desa Pondok Akar, Desa Kucingan dan masih banyaklah," katanya.
Menurut Hutauruk, akibat menjamurnya tempat-tempat seperti itu sangat bedampak pada generasi kaula muda anak sekarang, kesehatan dan juga keharmonisan keluarga.
"Dengan banyaknya tempat-tempat seperti itu, jelas kita takut akan penularan Hiv/Aids pada anak-anak muda dan juga para suami yang sering kesana. Sebab, kita tidak dari mana asal-usul para PSK tersebut, seandainya ada warga yang tertular, lalu menyalurkannya ke Istrinya, kan kasian," tuturnya.
Lasni (31) seorang ibu rumah tangga warga lainnya juga sangat mengecam menjamurnya warung remang-remang di lokasi Kampung Pago, Sugaran. Ia bahkan meminta pemerintah untuk menertibkan lokalisasi tersebut karena sudah meresahkan para istri-istri yang suaminya sering keluar malam.
"Kalau bisa kita minta, Pemerintah harus menutup tempat maksiat tersebut. Sudah banyak rumah tangga hancur dibuat para PSK tersebut." Ujarnya.
Lanjutnya lagi, Seandainya pemerintah bertindak tegas. Tidak akan mungkin banyak warung remang-remang yang beroperasi. "Ya, logika ajalah. Ngak mungkin pemerintah ngak tau selama ini, apakah pejabatnya juga ikut sebagai pengunjung disana segingga tidak mau menutupnya," pungkasnya.
red/ Dani R.
Post a Comment