Mantan Panglima Kembali 'Berperang' Membela Prabowo-Sandi di Pilpres 2019
Djoko Santoso Ketua BPN Prabowo-Sandi (foto : Istimewa) |
Keberhasilan Djoko Santoso memenangkan Anies Baswedan-Sandiaga Uno di Pilkada DKI 2017 dan kariernya di militer jadi pertimbangan utama Prabowo memilih Djoko.
Sosok Djoko mulai mendapat sorotan di kalangan perwira tinggi saat diangkat sebagai Panglima Kodam CVII/Pattimura pada 2002. Sebagai Pangdam Pattimura, ia dinilai berhasil menangani kerusuhan di Maluku. Kiprahnya di Maluku menjadi salah satu yang sangat mempengaruhi kariernya. Usai menjadi Pangdam Pattimura, Djoko pun dipromosikan sebagai Panglima Kodam Jaya pada 2003.
Karier Djoko terus melesat. Pada tahun yang sama ia kembali dipromosikan menjadi Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat (WaKSAD). Dua tahun kemudian atau pada 2005 Djoko diangkat menjadi KSAD menggantikan Ryamizard Ryacudu.
Karier militer Djoko dimulai tahun 1975 saat lulus dari AKMIL. Usianya ketika itu 23 tahun. Djoko banyak berdinas di pasukan Kostrad. Ia ditugaskan di bidang intelijen, salah satu bidang yang ia kuasai. Meski begitu, ia juga dapat tugas di teritorial.
Puncak karier Djoko Santoso saat dirinya didapuk sebagai Panglima TNI periode 2007-2010 pada masa kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono. Hasilnya tak mengecewakan. Djoko berhasil menaklukkan Jakarta Timur. Anies-Sandi menang dari Ahok-Djarot dengan selisih lebih dari 300 ribu suara.
Kini Djoko memimpin BPN pasangan Prabowo-Sandiaga untuk Pilpres 2019. Jelas, ada perbedaan besar antara kerja pemenangan di Pilkada DKI dengan Pilpres 2019. Namun pengalaman membantu memenangkan Anies-Sandi di Jakarta tetap menjadi modal penting bagi Djoko untuk bertarung di medan perang Pilpres 2019.
Sumber : CNN Indonesia
Post a Comment