Hebat, Pemuda Ini Beromset Miliaran Rupiah dari Hasil Ternak Babi
Di mana ada kemauan, pasti di situ ada jalan. Ungkapan ini sangat cocok untuk pemuda yang sudah berusia 26 tahun ini, Leonard sudah menempuh pendidikan tinggi hingga semester VIII di Widya Mandala Surabaya dengan Jurusan Ilmu Komunikasi.
Ia bahkan sedang menyelesaikan skripsi. Tetapi, Leonard memilih berhenti kuliah dan melepaskan tulisan akhirnya itu begitu saja dengan alasan bosan.
Ia pun mengaku tidak sedikit pun menyesal berhenti kuliah meski sudah menghabiskan waktu studi selama 4 tahun.
Renold juga mengaku kuliah dan ambil Jurusan Komunikasi tanpa cita-cita mau jadi apa. Tidak ada motivasi apa pun masuk jurusan itu.
"Pada November 2014, saya memutuskan berhenti kuliah. Skripsi saya lepas. Saya pulang Maumere. Alasannya, saya bosan kuliah. Itu saja," kata pemuda yang kerap disapa Renold saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (18/9/2019) siang.
Ia menceritakan, setelah tiba di Maumere, ia langsung memikirkan apa yang harus dikerjakan agar tidak menganggur. Tidak sampai satu bulan di Maumere, ia memutuskan untuk beternak babi.
Renold menceritakan, awalnya ia tidak mengerti sedikit pun tentang bagaimana beternak babi.
Dengan modal uang tiket, ia berangkat ke Bali dan Kupang untuk mempelajari bagaimana teknisnya orang beternak babi.
"Selama di dua tempat ini saya belajar vaksin, kebiri, dan takaran obat untuk babi. Selebihnya saya lihat-lihat saja cara mereka merawat babi di kandang," katanya.
Renold mengatakan, ia memilih beternak babi itu punya alasan yang jelas. Prospek ternak babi di Maumere cukup bagus dan menjanjikan.
"Acara apa saja di Maumere pasti butuh babi. Saya putuskan untuk ternak babi daripada tidak ada kerja," kata pemuda yang masih status lajang itu.
Renold mengisahkan, awal usaha ternak babi itu, ia mesti pinjam uang di Bank Nasional Indonesia (BNI) cabang Maumere untuk membeli babi.
Menurutnya, meminjam uang di bank itulah yang membuat dirinya berani dan termotivasi untuk segera menjalankan usaha ternak babi.
Awalnya membeli 28 babi betina dan 2 jantan. Dari puluhan induk itulah pelan-pelan dihasilkan ratusan babi seperti sekarang ini.
"Per tahun itu hasil dari ternak babi ini ya, ratusan juta. Satu ekor babi kan dijual Rp 1 juta. Pada 2017 pernah hasil Rp 1 miliar. Sebelum dan sesudah, hasilnya Rp 700 juta dan Rp 800 juta. Tetapi, itu bukan hitung bersih. Kami kan beli pakan, vaksin, obat, dan gaji karyawan. Kalau bersih, ya sekitar Rp 500 juta," tutur Renold.
Tantangan
Ia menyebut, selama 4 tahun menjalani usaha ternak babi pasti mengalami tantangan.
Tantangan yang sering dialami itu adalah anak babi mati dan karyawan berhenti.
Ia menyebutkan, pada 2016 sebagian induk dan anak babi kena penyakit huklera. Ada 5 induk yang mati dan puluhan anak babi yang mati karena penyakit itu.
"Saat itu sempat kecewa dan putus asa. Tetapi tetap bersyukur. Yang penting ada hasil. Saya selalu berpikir positif, setiap usaha pasti ada jatuh bangunnya. Pernah juga saya kerja sendiri. Urus makan dan bersihkan kandang. Tetapi, intinya tetap semangat dan tidak kehilangan harapan," kata Renold.
Ia melanjutkan, hasil usaha ternak babi diperuntukkan membiayai adik-adiknya yang sedang kuliah dua orang, gaji karyawan, kredit motor pekerja, dan belanja kebutuhan sehari-hari.
Ia mengatakan, beternak babi itu sebenarnya tidak ribet dan tidak lama jika memahami pola kerjanya.
"Kawinnya kan 1 hari, pagi dan sore. Untuk buntingya itu 3 bulan, 3 minggu, dan 3 hari. Satu induk minimal menghasilkan 8 anak dan sampai belasan. Kalau di bawah 8 kami rugi. Dalam 2 bulan kami sudah bisa jual dengan harga Rp 1 juta per ekor," katanya.
Sumber berita dari https://regional.kompas.com
Post a Comment